MOUNTAIN CLIMBER: Perbedaan Backpacker, Solo Traveler, dan Conventional Traveler

Rabu, 29 Juni 2016

Perbedaan Backpacker, Solo Traveler, dan Conventional Traveler


(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-5217252567352950", enable_page_level_ads: true });

Travelers, masih suka jalan-jalan kan? Sudah keliling mana saja nih? Di dunia ini, banyak orang yang suka melakukan perjalanan, jalan-jalan, wisata, baik itu sendiri, berombongan, maupun couple, berpasangan. Namun, tahukah Anda, kalo ada beberapa tipe orang yang suka jalan-jalan, travelling, suka keliling menuju daerah-daerah, tempat wisata? Kali ini saya akan membahas tipe traveller, dan perbedaan di antara ketiganya. Check it out ya.

Backpacker
Backpacker with Big Backpack
Backpacker, identik dengan Ransel Besar (foto diambil dari sumber)
Apakah Anda merasa bawa tas gedhe, terus udah jadi seorang backpacker? Atau Anda bawa tas besar, jalan-jalan ke Bandung, misalnya, terus disana pergi ke Mall, shopping, pulang-pulang, cerita ke temen-temen: ”aku habisbackpacker-an ke Bandung, lho..” Dan temen-temen pun ngrasa “waow” dengan cerita Anda. Tapi tunggu dulu, apa sih, sebenarnya backpacker itu? Mari kita lihat sedikit ulasannya di Wikipedia.
Backpacking is a form of low-cost, independent international travel. It includes the use of a backpack or other luggage that is easily carried for long distances or long periods of time; the use of public transport; inexpensive lodging such as youth hostels; a longer duration to the trip when compared with conventional vacations; and an interest in meeting the locals as well as seeing the sights. They also have less money to spend on hotels or private vehicles. It may include wilderness adventures or be limited to travel within settled areas.
Dari cuplikan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa aktifitas backpacking adalah melakukan perjalanan dengan menggunakan biaya rendah, antara lain dengan memakai ransel yang gampang dibawa (daripada nyeret koper, bawa 3 tas gedhe, dsb.) untuk suatu waktu dan jarak tertentu. Perjalanan itu dilakukan pake transportasi publik, menginap di wisma/penginapan, dan untuk bertemu dengan orang lokal di daerah yang dituju, sehingga semuanya menghindarkan dari perjalanan yang mahal, dan dapat merasakan petualangan yang “liar”.

Jadi menurut saya tu backpacker adalah orang yang suka jalan-jalan, dengan mau bersusah payah merencanakan trip, survei lokasi (lewat Googling, tanya temen/forum) untuk mengunjungi suatu tempat wisata/daerah, dengan menggunakan biaya dan bawaan yang minimal. Gratis malah lebih baik. Hehe... Apa akibatnya? Para backpacker, mau menginap di tempat yang “biasa saja”, tidak mewah, asal bisa tidur. Bahkan mungkin tidur di tempat umum yang diperbolehkan. Kalo di luar negeri malah kadang ada yang tidur di stasiun kereta, pake sleeping bag, dan terkadang diusir petugas keamanan. Bawaannya pun dimaksimalkan di ransel, yang mudah dibawa kemana-mana. Maka dari itu disebut backpacker (ransel punggung).
Adventure with Backpacking
Adventure with Backpacking (foto diambil dari sumber)
Terus? Mau bersusah payah nyari transportasi yang paling efektif, tidak menghabiskan banyak biaya, sehingga dapat lebih merasakan “esensi” travelling itu sendiri, nyari dan ganti-ganti angkot (kalo di Indonesia), cari motor trail untuk mengunjungi daerah terpencil.

Backpacker juga harus pintar bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dengan daerah dan adat sekitar. Bahkan itu bisa dibilang wajib. Contohnya, lagi berkunjung ke daerah Papua, ke suku tertentu. Siapa tahu, dengan pintar bersosialisasi malah disuruh menginap di rumah kepala sukunya. Tentu lebih murah kan? Apalagi bisa merasakan “live” melihat suku itu melakukan aktivitas sehari-hari.

Jadi pada intinya para backpacker merupakan seorang pejuang yang tangguh, pintar dalam menentukan budget, dapat bersosialisasi dan beradaptasi dengan baik, serta pintar menentukan rencana perjalanannya dengan baik.

Solo Traveler

Kalo backpacker lebih menitikberatkan pada berjuang untuk mendapatkan low-cost trip, kalo Solo Traveler (menurut saya) lebih santai daripada itu. Solo Traveler adalah orang yang suka melakukan tripjourney, dengan biaya yang lebih “lega”. Mereka suka berjalan-jalan, tapi tidak terlalu memikirkan penghematan biaya sekecil mungkin. Bisa saja mereka menginap di hotel, tidak perlu susah payah menginap di stasiun, ataupun menyewa seorang guide untuk memandu wisata mereka, di daerah tertentu.
Solo Traveler
Solo Traveler (foto diambil dari sumber)
Solo Traveler ride a Bike
Solo Traveler ride a Bike (foto diambil dari sumber)
Namun, mereka memang memiliki passion untuk jalan-jalan, secara berkala merencanakan mengunjungi daerah tertentu, layaknya backpacker. Para Solo Traveler ingin merasakan berbagai budaya, berbagai lokasi yang belum pernah mereka kunjungi, ingin merasakan keindahan tempat tertentu di suatu negara. Bahkan untuk suatu keindahan dan kepuasan, para solo traveler terkadang rela mengeluarkan cost lebih, misalnya di Maluku ada air terjun, yang agak sulit dijangkau. Mereka pun rela mengeluarkan biaya untuk menyewa kapal, walaupun hanya menyewa sendiri, tidak menyewa patungan dengan orang lain.
Solo Traveler, tidak harus sendiri
Solo Traveler, tidak harus sendiri
Jadi, perbedaan utama dari backpacker dan solo traveler adalah antara low-cost trip sama relief-cost trip (perjalanan dengan budget yang lebih lega). Tapi walaupun namanya solo traveler dan backpacker, ga mesti harus melakukan perjalanan seorang diri ya, ada kalanya berdua, bertiga, asal ga satu rombongan bis aja. Hehe..

Conventional Traveler 
Tourism is travel for recreational, leisure, or business purposes. The World Tourism Organization defines tourists as people "traveling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes"
Traveler or traveller commonly refers to one who travels, especially to distant lands.
Nah, kalo conventional traveler, atau bahasa Indonesianya wisatawan lah, ya, adalah orang yang melakukan perjalanan, hanya sebatas rekreasi saja, kepentingan bisnis, atau keperluan tertentu. Mereka tidak merencanakan perjalan yang mereka lakukan, sedetail, dan secermat backpacker, atau sangat ingin melancong ke daerah tertentu layaknya Solo Traveler. Pada umunya mereka hanya melakukan perjalanan untuk bersenang-senang saja, tanpa memiliki passion tertentu untuk merasakan keragaman budaya, atau keindahan daerah.
Conventional Traveler, bersenang-senang
Conventional Traveler, bersenang-senang (foto diambil dari sumber)
Contohnya, saat seseorang penat dengan aktivitas kampus, atau pekerjaan di kantor. Saat weekend, mereka akan melakukan refreshing ke pantai, menghirup udara segar di gunung, atau mengajak keluarga ke kebun binatang. Tidak perlu banyak perencanaan, menghitung detil biaya yang dikeluarkan, atau bingung memilih transportasi. Cukup tentukan tujuan, menyewa mobil, mengajak teman, menyiapkan bekal, berangkat deh. Seperti itu.
Conventional Travler, Jalan-jalan di Akhir Pekan
Jalan-jalan di Akhir Pekan
Jadi, sudah tau kan, perbedaan antara backpackersolo traveler, dan conventional traveler. Ketiganya dibedakan olehbudget, tujuan, dan passion saat melakukan travelling. Oh iya, jika Anda suka melakukan traveling, tipe manapun Anda, jangan lupa ya, untuk melakukan tips berikut:

Talk to Strangers
Usahakan selalu berkomunikasi dengan warga sekitar, untuk bertanya lokasi atau menjalin persaudaraan. Melakukan itu tidak ada salahnya, malah banyak menguntungkan kita.

Respecting Local Cultures
Selalu hormati budaya dan adat istiadat daerah yang dikunjungi. Jika tidak, bisa menimbulkan bahaya bagi kita.

Always Look Confident
Jangan terlihat seperti “orang hilang”. Salah-salah, kita bisa jadi korban penipuan.

Documenting Your Trip
Dokumentasikan perjalanan Anda, terutama melalui foto. “foto dapat berbicara”. Begitu kata orang-orang. Kalau perlu, Anda catat, tulis betapa menyenangkannya perjalanan Anda. Share perjalanan Anda kepada teman atau orang lain, dengan begitu, kita bisa berbagi kebahagiaan dan menambah teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar