FOTO PENDAKI
Minggu, 06 Mei 2018
kumpulan buku - buku bernuansa islami
Kembali Ke Pangkuan Islam, Kisah Perjalanan Ruhaniah Para Muallaf
Suatu ketika aku membaca buku dialog antara panutanku dan ulama. Dalam buku itu berekesimpulan bahwa ulama itu memenangkan argumentasinya, sampai akhirnya panutan ku itu yang masuk islam meski demikian aku sama sekali tidak terpengaruh oleh buku itu, tertarik pun tidak. Bahkan gema suara azan yang sering ku dengar terasa panas ditelinga, bising. Akibatnya setiap kali ku dengar suara azan di radio, saat itu juga pasti dan selalu kumatikan
Begitulah hari – hari yang kulalui penuh dengan antipati terhadap islam. Sampai aku bertemu ke saudara ku yang islam, H. Abubakar. Dia memberi nasihat, Chen kau sudah besar, harus sudah bisa membedakan mana agama yang baik dan tidak. Di negara kita ada empat agama tidak mungkin semuanya benar atau sebalik nya. Maka pilih satu yang paling benar. Nasihat itu membawaku pada perenungan yang sangat panjang
Aku kemudia mencoba memahami arti agam yang dianutnya. Aku pun menanyakan hal – hal yang tidak masuk logika pada pimpinan spiritualku jawaban – jawaban nya memuaskan dan cenderung menutupi fakta disinilah aku akhirnya goyah dengan keyakinan ku dan akhirnya aku jarang datang ke tempat ibadah. Dalam kegoyahan itu aku mencoba memahami. Ajaran islam diam – diam aku belajar puasa senin kamis dan belajar membaca buku – buku islam semuanya kulakukan tanpa sepengetahuan keluarga ku sampai. Suatu malam ketika aku makan sahur, mama mengetahuinya dan bertanya.
Tapi kujawab aku lapar, usai sahur aku keluar berjalan menghirup udara pagi tak kusadari, ternyata langkah ku mengarah ke masjid alunan ayat suci yang terdengan diantara udara pagi ternyata memberi suatu himkmah. Dan memberi suatu kekuatan tarikan tersendiri pada arah langkah ku, hingga akhirnya kaki ku tak terasa tiba di pelataran masjid .
Secara logika memang tampak ganjil namun aku yakin ada satu warna lain dan bau yang khas diseputar masjid dan itu semua terjadi atas kehendak dia lah sang pencipta alam semesta ini
Ketika Wajah di Depan Cermin
Secara fisik wajah adalah bagian depan dari kepala manusia. Wilayahnya dari dahi hingga dagu. Akan tetapi, bagi manusia, wajah tidak dimaknai hanya fisik. Wajah juga digunakan untuk pengekspresikan hakikat diri, bayangan mental, dan tempat memantulnya segala sesuatu yang diproses oleh akal, kalbu, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, wajah merefleksikan situasi batiniyah, mentalitas, penampilan diri, dan sebagai identitas yang total dan sejati. Dengan kata lain wajah juga mengekspresikan keadaan kepribadian seseorang yang baik. Dalam dunia komunikasi, ekspresi wajah dipandang sebagai salah satu cara penting untuk menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia
Ketika Rasulullah saw menegaskan bahwa kemampuan seseorang dalam menolak kemunkaran yang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya hanya sebatas dengan hatinya dan dilukiskan sebaagai selamah-lemahnya iman.
Para ulama mengisyaratkan, penolakan dengan hatinya itu harus terekspresi utuh melalui wajahnya.
Wajah manusia juga bersifat unik. Tidak ada satu wajahpun yang serupa mutlak, bahkan pada orang kembar sekalipun. Sama dengan keunikan sang diri sendiri.
Dalam keunikan-keunikan ini muncul ekspresi-ekspresi yang unik melaluiwajahnya sehingga orang mudah mengenali watak dan sifat-sifat seseorang melalui wajahnya.
Selain itu, symbol-simbol tentang keindahan, ketundukan, kehormatan, kehinaan, kebahagiaan, kesengsaraan seseorang, dan yang bersifat batiniah lainnya, juga bertengger pada wajah.Bahkan tidak sekedar itu, kerupawanan, keilmuan, dan kesalihan seseorang terletak dan terekspresikan paada wajahnya.
Oleh karena itu wajah dapat mencerminkan totalitas diri dari ekstensinya yang sejati. Atas dasar itu pada umumnya perhatian orang pada waajahnya melebihi perhaatiannya pada anggota tubuh lainnya. Bahkan ketika seseorang berupaya mengingat-ngingat orang yang pernah dikenalnya ia lantas berusaha membayangkan wajahnya. Demikian pula ketika seseorang teringat seseorang yang menjaadi seterunya, maka yang pertama diingat adalah waajah orang itu.
Dalam al-Qur’an orang yang kembali kepada kekufuran atau secara keyakinan dan fungsi-fungsi simbolis yang disaadarinya menjadi kafir lagi setelah beriman disebut telah membalikkan wajahnya (berbalik kebelakang). Misalnya hal ini tampak pada firman Allah dalam Al –Qur’an:
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[1]; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Qs Al Hajj : 11)
1. . Maksudnya: tidak dengan penuh keyakinan. Maksudnya: kembali kafir lagi.
2. Kepribadian sering didefinisikan sebagai sitem kalbu, akal, dan hawa nafsu yang menimbulkan tingkah laku (Lihat, Dr. H. Abdul Mujib, M.Ag, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Hlmn. 73)
3. Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
WASIAT NABI MUHAMMAD KEPADA IBNU ABBAS
I. Isi Hadits:
Dari Abul ‘Abbas’ Abdullah bin ‘Abbas’, Ia mengatakan, “Pada suatu hari aku pernah dibonceng di belakang Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalam, kemudian beliau bersabda: ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah ALLAH, niscaya ALLAH akan menjagamu. Jagalah ALLAH, maka engkau akan mendapati-NYA di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada ALLAH, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada ALLAH. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan ALLAH untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ALLAH tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”)
Dalam riwayat selain At-Tirmidzi disebutkan:
“Jagalah ALLAH, maka engkau akan mendapati-NYA di hadapanmu. Kenalilah ALLAH ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwasannya bersama kesulitan ada kemudahan.”
II. Biografi Perawi Hadits:
“Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat yang mulia dan termasuk orang pilihan. Nama lengkapnya adalah “Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdil Muth-thalib al-Hasyimi al-Qurasyi, anak dari paman Rasulullah. Beliau dilahirkan di Makkah, di Syi’b (lembah) bani Hasyim, tepatnya tiga tahun sebelum hijrah, yaitu saat Rasulullah dan kaum muslimin diboikot oleh musyrikin quraisy.
Beliau adalah penafsir Al-Qur’an dan pemuka kaum muslimin dalam bidang tafsir. Karena keluasan ilmunya dalam bidang tafsir, bahasa dan sya’ir Arab, beliau diberi gelar sebagai ulama dan lautan ilmu. Beliaulah yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud sebagai sebaik-baik penerjemah Al-Qur’an. Dan ketika Rasulullah wafat, beliau berusia 13 tahun.
Beliau dipanggil oleh para Khulafa-ur Rasyidin untuk dimintai nasehat dan pertimbangannya dalam berbagai perkara. Beliau menjadi gubernur pada zaman ‘Utsman tahun 35 H, ikut serta bersama ‘Ali untuk memerangi kaum Khawarij, dan beliau adalah orang yang cerdas dan kuat hujjahnya.
Beliau menjadi ‘Amir (gubernur) di Bashrah, kemudian tinggal di Thaif hingga meninggal dunia tahun 68 Hijriyah.
III. Fiqih Hadits:
Jagalah ALLAH!!
Maksudnya adalah menjaga batas-batas ALLAH, hak-hak NYA, serta menjaga perintah-perintah dan larangan-larangan NYA. Yang dimaksud dengan menjaga batas-batas ALLAH ta’ala adalah dengan melaksanakan hal-hal yang diwajibkan serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh ALLAH dan menjaga hak-hak ALLAH, sedangkan hak ALLAH yang terbesar atas para hamba NYA adalah mereka beribadah hanya kepada NYA dan tidak menyekutukan NYA dengan sesuatu pun dan dalam bentuk apa pun. Inilah asal amal yaitu tauhid kepada ALLAH Ta’ala.
ALLAH akan menjagamu
Hal ini termasuk balasan dari jenis amal (Al-Jazaa’ min jinsil ‘amal), seperti firman ALLAH (QS. Al-Baqarah: 40 dan 152).
KU JEMPUT ISLAM DENGAN CINTA-MU
Lesa Mara Pepe (20 tahun) adalah seorang muallaf dari Kristen Protestan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE). Menjadi Muallaf tanggal 4 Mei 2014 di langgar Shilatul Arham yang dikelola oleh pak Hasanul Basri, ketua PCM Sungai Besar, melalui bimbingan ustadz Lugiarto dan disaksikan oleh jamaah. Lesa adalah seorang gadis asli Dayak Maanyan dari Kalimantan tengah yang berasal dari keluarga Kristen yang taat dan aktifis di gereja, ayahnya seorang Penatua Diakonia Gereja (semacam Dewan Ta’mir) sekaligus kepala desadan ibunya seorang aktif di kegiatan wanita gereja.
Lesa sendiri dari kecil hingga remaja selalu aktif di kegiatan-kegiatan Gereja baik formal maupun informal. Awal mula Lesa tertarik pada Islam adalah karena kegemarannya membaca, dia terkejut saat mengetahui sejarah Yesus menjadi Tuhan adalah karena diangkat oleh manusia yang disebut “Bapa Gereja” dan Kaisar Romawi Konstantin I dalam Konsili Nicea tahun 325 M. Ternyata selama hidup, Yesus tidak pernah mengatakan dirinya Tuhan yang berhak disembah. Ketertarikannya pada Islam semakin besar saat dia kuliah mengenal secara tidak sengaja seorang laki-laki muslim yang kebetulan juga aktifis dakwah, bernama Akhmad Azhar Basyir. Laki-laki itu sering memberinya buku-buku Islam, Kristologi, dan kemuslimahan.
Dari situlah Lesa semakin kagum dengan Islam, dimana dia mengetahui ternnyata Islam pernah jaya dari segala bidang di zaman Khilafah Islamiyah, Islam memiliki system ekonomi, pendidikan, politik, militer, kesehatan yang luar biasa, dan Islam juga menjaga kemuliaan wanita lewat konsep Hijab yang Syar’i. Lesa pun mulai berani menggunakan Hijab walaupun saat itu dia masih Kristen! Sampai akhirnya, kelakuannya pun ketahuan oleh orang tuanya dan dia diseret pulang kerumah, dimarahi, dan diadakan semacam pertobatan oleh pendeta Gereja, Bahkan Lesa diajak berdebat dengan 3 orang pendeta Teologi. Tetapi karena keteguhan hatinya, akhirnya dia bisa melewati masa-masa sulit tersebut dan semakin mantap mengikrarkan dirinya menjadi muslimah. Atas bantuan Azhar, dia bersyahadat di bawah bimbingan Ustadz Lugiarto tanggal 4 Mei 2014 di langgar Shilatul Arham yang dikelola oleh pak Hasanul Basri, ketua PCM Sungai Besar disaksikan oleh jamaah. Selang 1 minggu kemudian Azhar dan Lesa pun akhirnya menikah muda, walau saat itu usia mereka masih muda dan masih kuliah tingkat akhir. Mereka memutuskan menikah hanya selang waktu 2 jam! Karena ingin menyempurnakan agama dan tidak ingin berzina.
Walaupun akhirnya mereka harus berhadapan dengan pengadilan agama karena usia Lesa dibawah batas minimal menikah yaitu 21 Tahun dan perlu Wali Hakim. Lesa dan Azhar lagi-lagi bisa melewati semuanya dengan indah, mereka bahkan lulus kuliah dengan peringkat terbaik dan cumlaude, bahkan Azhar lulus CPNS di Kota Banjarbaru di saat banyak orang sangat sulit menembus tes tersebut. Semua terjadi atas keyakinan mereka akan kehendak dan janji Allah pada hambanya yang beriman dan bertaqwa.
Noda-Noda Perusak Aqidah dalam Kehidupan Sehari-hari
18. MEMPERCAYAI DUKUN DAN PERAMAL (PARANORMAL)
Sebagian orang datang kepada dukun dan paranormal untuk melepaskan diri mereka dari sihir, atau untuk mendapatkan dan menarik suatu kebaikan menurut persangkaannya. Orang yang patut dikasihani ini tidak tahu bahwa dengan kedatangannya kepada dukun, maka ia telah kehilangan pahala 200 kali shalat (fardhu) dari timbangan kebaikannya. Ini berdasarkan riwayat Muslim dalam Shahiih-nya, dari sebagian Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):
"Barangsiapa mendatangi paranormal, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya 40 malam (dengan siangnya)." (Shahih: Muslim dan Ahmad. Shahiihul Jaami' (no. 5940)).
Sebagian orang datang kepada para peramal untuk mengetahui masa depan. Lalu peramal itu berkata, "Kamu akan menikah dengan si anu, akan memiliki anak demikian, dan semacamnya." Hal ini termasuk kekufuran, karena hal yang ghaib mutlak hanya diketahui Allah. Oleh karena itu Imam Ahmad dan al Hakim meriwayatkan hadits yang dishahihkan oleh al Albani dalam Shahiihul Jaami' dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):
"Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun, lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur kepada (al Qur'an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam." (Shahih: Ahmad dan al Hakim. Shahiihul Jaami' (no. 5939)).
28. KEYAKINAN TENTANG ZODIAK (RAMALAN BINTANG)
Sebagian orang ada yang membuka majalah untuk melihat nasibnya hari ituu pada kolom: "Anda dan zodiak." Setelah disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahirannya, ia tahu zodiaknya dan ia baca ramalan apa yang tertulis untuknya hari itu. Ini semua termasuk syirik. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):
"Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun, lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur kepada (al Qur'an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam. (Shahih: Ahmad dan al Hakim. Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahiihul Jaami' (no. 5939)).
"Katakanlah: 'Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.'" (QS. an Naml: 65).
FIQH DAKWAH
Aktivitas masyarakat dewasa ini berkembang begitu cepat dan pesat, melampaui kecepatan berpikir manusia. Demikian ungkap Dr. Ali Gom'ah, Mufti Negara Mesir. Realita ini berdampak pada munculnya penyikapan-penyikapan yang cenderung datar dan mengambang dari berbagai macam lapisan masyarakat, termasuk diantaranya para da'i. Sehingga tidak jarang sikap-sikap tersebut bukannya menyelesaikan masalah. Akan tetapi malah sebaliknya, semakin menambah runyam permasalahan yang ada.Oleh karena itu, kiranya sangat diperlukan adanya kaidah-kaidah khusus dalam menyikapi berbagai permasalahan masyarakat, terutama bagi para da'i. Dengan mengikuti kaidah-kaidah ini, diharapkan para da'i dapat lebih arif dalam menyikapi setiap permasalahan yang sedang terjadi serta mampu menyelesaikannya. Hal ini tentunya akan sangat mendukung keberhasilan dalam berdakwah.
Berikut ini adalah beberapa kaidah dimaksud yang disarikan dari Kajian Fikih Dakwah yang diasuh oleh Habib Ali Al-Juffri dan disampaikan kepada para peserta Daurah Shaifiyah XV Pesantren Darul Mushthafa, Tarim Hadhramaut Yaman, pada hari Sabtu malam Ahad, 5 Sya'ban 1431 H./17 Juli 2010 M . dengan beberapa pengurangan dan penambahan tanpa merubah subtansinya.
1. Mengaitkan akar permasalahan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Seorang da'i jangan hanya berupaya menangani sebuah permasalahan dari akarnya, tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, sehingga tampak kaku dan kurang dapat dicerna oleh masyarakat. Jangan pula hanya terkonsentrasi kepada apa yang muncul dipermukaan, tanpa memperhatikan akar permasalahan yang sebenarnya.
2. Pengecekan terlebih dahulu validitas informasi yang didapat sebelum mengambil sikap dan melakukan reaksi. Seorang da'i tidak diperkenankan menerima begitu saja informasi yang beredar di masyarakat dari berbagai media massa. Akan tetapi dia harus melakukan cek dan ricek terlebih dahulu kepada sumber yang betul-betul dapat dipercaya. Baru kemudian menentukan sikap yang tepat.
3. Memilih solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah antara diam atau melakukan reaksi. Karena tidak semua permasalahan harus diselesaikan dengan melakukan sebuah reaksi. Banyak diantara permasalah justeru akan lebih cepat selesai dengan cara diam.
4. Menghindari pemerataan (ta'mim), baik dalam mengungkapkan pujian ataupun celaan. Sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dan diantara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada (pula) diantara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya." (S. [03] Ali Imran: 75).
5. Tidak gegabah dan tergesa-gesa dalam upaya penyelesaian masalah. Dengan kata lain, pengambilan sebuah sikap dan tindakan haruslah didasari pertimbangan yang matang; apakah tindakan yang akan diambil efektif ataukah tidak?
Kewajiban seorang da'i dalam menyikapi sebuah permasalahan adalah berupaya untuk menyelesaikannya (tafa'ul ma'al isykal). Bukan menampakkan perasaan emosi dan marah dengan segala cara (infi'al bil musykilah).
Poin ini sangat penting untuk diperhatikan. Karena pengambilan tidakan yang salah justeru akan membuat permasalahan menjadi semakin besar.
Ambil saja contoh aksi-aksi pelecehan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Barat yang berhaluan ekstrim dan fundamental, terhadap Al-Qur`an atau Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.Mayoritas umat Muslim, yang diantaranya mendapatkan arahan dari sebagian pemuka agama Islam, menyikapinya dengan kepala panas. Sehingga pada akhirnya berbuntut pada tindakan-tindakan anarkis seperti pembakaran, pengrusakan, penghancuran aset-aset Barat dan lain-lain.Berbagai tindakan ini kemudian dimanfaatkan oleh media massa barat untuk semakin memojokkan Islam. sehingga tidak heran jika kemudian banyak diantara orang Barat yang asalnya tidak peduli atau bahkan mengecam tindakan pelecehan tersebut, menjadi berubah pikiran dan berbalik arah mengecam tindakan-tindakan anarkis umat Muslim. Citra Islam menjadi semakin buruk di mata Barat. Dengan demikian, secara tidak sadar berarti kita telah mempersempit atau bahkan menutup pintu kesuksesan untuk berdakwah dan misi islamisasi di Barat. Segelintir orang yang melakukan pelecehan tersebut, semakin bergembira dan tertawa terbahak-bahak menikmati hasil upaya mereka yang jauh melampaui apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Namun, bukan berarti kita hanya diam membisu menyaksikan pelecehan-pelecehan tersebut. Kita tetap harus mengambil sikap serta melakukan tindakan untuk menghentikannya. Hanya saja, sebelum melakukannya, terlebih dahulu harus dipikirkan masak-masak efektifitas tindakan tersebut. Jika seandainya saat itu umat Islam tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis serta menyerahkan penyelesaian masalah kepada para ulama dan kemudian para ulama mengambil tindakan-tindakan yang dianggap efektif untuk menghentikannya. Misalnya dengan mengadakan dialog-dialog terbatas dengan para pemuka Barat. Tentu kenyataannya akan berbeda.
Sultan, Pahlawan dan Hakim
Maka dari itu hamba mohon keadilan raad agama yang hamba mendakwah nafkah hambah tiga belas bulan lamanya serta hamba tiada rela lagi bersuamikan dia sebab dia tiada menurut undang syara' dan jika hamba tiada menurut bagaima syara' wajib juga mendapat hukum. Ampun tuanku beribu ampun harap akan diampuni adanya.
Surat dakwa itu tertanggal 25 Naret 1881 diajukan seorang perempuan bernbama Tijah Binti pacal unus yang tinggal di Kampung Siantan, Pontianak kepada pengadilan agama setempat. Tijah ditelantarkan suaminya Muhammad Arsyad dengan tidak memberinya nafkah dan nafkah untuk anaknya selama 13 bulan. Surat dakwah ini merupakan salah satu dari naskah melayu yang ditemukan Henri Chambert-Loir ketika berkunjung ke Kalimantan Barat pada 1985. Peneliti berkebangsaan Prancis itu menjadikan surat dakwa itu sebagai salah satu bahan dalam tulisannya yang berjudul “Beberapa Aspek Peradilan Agama Islam di Kesultanan Pontianak Tahun 1880-an” sebagai salah satu karangan dalam buku Sultan, Pahlawan dan Hakim. Surat dakwa di atas meurpakan salah satu dari 185 folio dokumen yang semuanya berisi dakwaan kepada Makamah Agama di bawah Kesultanan Pontianak.
Tulisan ini menurut saya memberikan data yang menarik ternyata jauh sebelum negeri ini heboh dengan masalah kekerasan dalam rumah tangga, di Pontianak kasus KDRT sudah menjadi perhatian penguasa setempat. Surat-surat dakwaan itu dibuat ketika Pontianak diperintah oleh Sultan Syarif Yusuf bin Sultan Syarif Hamid (1872-1895).
Dari 32 dakwaan yang diteliti Henri Chambert, 7 surat dakwah itu diajukan oleh perempuan. Dalam kasus perkawinan pihak perempuan yang menggugat cerai. Dalam perkara gugatan cerai Henri menemukan dua kasus menarik, pertama ada yang diusir suaminya atas dasar kecemburuan, yang kedua dipukuli oleh suaminya. Dalam kasus KDRT ini makamah ternyata menemukan bahwa si suami gila. Kedua kasus gugatan cerai itu dikabulkan pengadilan.
Data yang ditemukan Henri lainnya yang menarik dikabulkannya gugatan seorang perempuan bernama Syarifah Khadijah yang menggugat makamah karena menahan haknya atas rumah yang diwariskan kepadanya oleh neneknya. Masih berkaitan dengan kasus warisan, makamah menolak tuntutan seorang laki-laki yang menuntut warisan saudara laki-lakinya berupa kebun. Ternyata pengadilan menemukan saudaranya yang meninggal itu punya soerang cucu. Maka warisan itu jatuh ke tangan cucu itu.
Dalam buku Sultan, Pahlawan dan Hakim, Henry Chambert Loir juga menulis “Ruang Politik dalam Hikayat Hang Tuah”. Rupanya hikayat ini menarik akrena epos melayu abad ke 17 ini sekalipun menggabungkan antara fakta dan fiktif, menggambarkan situasi politik masa itu ketika Malaka mulai tumbuh menjadi negeri yang kuat berinteraksi dengan Majapahit hingga negeri tetangganya Trengganu, Brunei, Aceh dan Patani.
Sosok Hang Tuah dalam naskah Melayu itu menurut pengamatan Henri digambarkan sebagai rakyat jelata, patriot, prajurit tangguh, diplomat handal, sekaligus pedagang yang berjiwa petualang. Hubungan Malaka-Majapahit merupakan hubungan yang rumit. Sultan Malaka memperlakukan negara asing seperti Siam, India, Tiongkok Istambul dengan rendah hati, tetapi hirarki tidak dipersoalkan. Sultan hanya mengutus orang lain untuk misi persahabatan dan perdagangan.
Namun dengan Majapahit, Sultan (Mansyur Syah) kerap datang sendiri. Hang Tuah sendiri sebagai tangan kanan Sultan diceritakan lima kali ke Majapahit. Diceritakan dia bertemu dengan Raja Seri Betara dan Patih Gajah Mada. Diceritakan Sultan menikahi puteri Majapahit dan memberikannya dua putra, yaitu Raden Bahar dan Raden Bajau. Namun ada kalanya Majapahit juga mengirim orang untuk membunuh Sultan Malaka. Di antaranya Taming Sari yang bisa dibunuh oleh Hang Tuah.
Bagi peminat sejarah lokal ada tulisan lain yang menarik dalam buku ini yaitu “Syair Sultan Fansuri “ yang berasal dari naskah-naskah melayu yang dikumpulkan seorang Belanda bernama Van Der Turk ketika tinggal di Barus 1852-1857. Tulisan ini memberikan data yang menarik tentang riwayat masa lalu kota pelabuhan di pantai barat Sumatera Utara ini. Barus biasa juga disebut Fansur disebut sebagai kerajaan yang pernah terkenal di seluruh dunia pada masa lalu, namun pada masa Kolonial Belanda hanya sebuah desa kecil.
Menurut analisis Henri penguasa Barus pertama dalah Raja Hulu bernama Raja Lobu Tua kemudian meningal. Kemudian muncul Sultan Ibrahim (kira-kira abad ke 17) yang membentuk dua kerajaan yaitu Kerajaan Hilir dan Hulu. Kerjaan pertama anak raja Batak yang diangkat raja oleh komunitas pedagang India, yang kedua seorang Melayu.
Barus juga diceritakan pernah diserang Aceh. Dalam sebuah pertempuran Ibrahim tewas. Namun Sultan Aceh menyesal-karena terjadi bencana di negerinya setelah menyerang Barus dan seorang perwira Aceh memenggal kepala Sultan Ibrahim- kemudian Sultan Aceh memberi Barus kemerdekaan. Dalam tulisan ini digambarkan interaksi kerajaan di Barus dengan Belanda dan Inggris. Kedua kekuatan asing ini kerap diminta melakukan intervensi karena Barus menghadapi banyak lawan, di antaranya Aceh.
Galaksi Kinanti
Gadis kecil bernama Kinanti hidup dari kuarga miskin di sebuah dusun kecil di Gunung Kidul. Sejak kecil dia sudah terbiasa dikucilkan oleh orang lain karena status sosialnya, dia selalu mendapat perlakukan tidak wajar oleh orang-orang sedusun. Di dusun itu, hanya ada satu teman yang mau membelanya, menemaninya, menjaganya kemanapun Kinanti pergi. Anak laki-laki yang beberapa tahun lebih tua darinya selalu menjadi pembela Kinanti yang paling pertama. Kemudian kebersamaan mereka harus hilang karena Kinanti dijual oleh orangtuanya hanya demi 50 kilogram beras untuk makan.
Dan perjalanan panjang Kinanti memperjuangkan hidupnya semakin hari semakin berat. Mulai dari harus menjalani hidup sebagai pembantu di bandung, kehilangan sahabat satu-satunya di Bandung karena dibunuh, tak lama majikannya di Bandung menjualnya lagi untuk diberangkatkan menjadi TKW di Riyadh. Tak cukup sampai di situ ia ditipu oleh seseorang untuk dibawa lagi ke Kuwait, diboyong ke Miami, Florida, kemudian terakhir ke Amerika oleh majikan barunya. Selama ia menjadi pembantu di keluarga tersebut dia hampir tidak pernah tidak mendapatkan penyiksaan.
Hingga akhirnya ia berhasil melepaskan diri dari kekejaman hidup yang membelenggunya. Dengan kebijakan Amerika yang mungkin berbeda dengan di Arab, kehidupan Kinanti kian membaik, ia difasilitasi hidup yang baik dan pendidikan hingga menjadi seorang professor dan penulis buku terkenal di Amerika, ia menjadi aktivis kemanusiaan dan membela hak-hak orang tertindas seperti yang pernah ia alami sebelumnya.
Dengan kehidupan barunya, seharusnya tidak ada alasan baginya untuk kembali ke desa yang dengan terang-terangan telah membuangnya. Namun hanya ada satu alasan yang membuat dirinya ingin kembali, ia ingin tahu seperti apa sosok Ajuj yang selama ini selalu membelanya. Meski ada rasa kecewa karena ratusan surat yang ia kirimkan pada Ajuj tidak pernah ada satupun yang dibalas, langkahnya terus saja menuntunnya untuk kembali ke desa itu. Perjalanan panjang tentang arti perjuangan hidup, tentang kesetiaan seorang Ajuj, tentang sebuah harga yang harus dibayar untuk dapat dimanusiakan oleh manusia dan konflik menggugah hati lainnya akan pembaca temukan dalam buku ini. Meski tak banyak cerita romantis islami yang terkandung di dalamnya, namun banyak pelajaran kehidupan yang bisa diambil dari sudup pandang islami.
Kembali Ke Pangkuan Islam, Kisah Perjalanan Ruhaniah Para Muallaf
Suatu ketika aku membaca buku dialog antara panutanku dan ulama. Dalam buku itu berekesimpulan bahwa ulama itu memenangkan argumentasinya, sampai akhirnya panutan ku itu yang masuk islam meski demikian aku sama sekali tidak terpengaruh oleh buku itu, tertarik pun tidak. Bahkan gema suara azan yang sering ku dengar terasa panas ditelinga, bising. Akibatnya setiap kali ku dengar suara azan di radio, saat itu juga pasti dan selalu kumatikan
Begitulah hari – hari yang kulalui penuh dengan antipati terhadap islam. Sampai aku bertemu ke saudara ku yang islam, H. Abubakar. Dia memberi nasihat, Chen kau sudah besar, harus sudah bisa membedakan mana agama yang baik dan tidak. Di negara kita ada empat agama tidak mungkin semuanya benar atau sebalik nya. Maka pilih satu yang paling benar. Nasihat itu membawaku pada perenungan yang sangat panjang
Aku kemudia mencoba memahami arti agam yang dianutnya. Aku pun menanyakan hal – hal yang tidak masuk logika pada pimpinan spiritualku jawaban – jawaban nya memuaskan dan cenderung menutupi fakta disinilah aku akhirnya goyah dengan keyakinan ku dan akhirnya aku jarang datang ke tempat ibadah. Dalam kegoyahan itu aku mencoba memahami. Ajaran islam diam – diam aku belajar puasa senin kamis dan belajar membaca buku – buku islam semuanya kulakukan tanpa sepengetahuan keluarga ku sampai. Suatu malam ketika aku makan sahur, mama mengetahuinya dan bertanya.
Tapi kujawab aku lapar, usai sahur aku keluar berjalan menghirup udara pagi tak kusadari, ternyata langkah ku mengarah ke masjid alunan ayat suci yang terdengan diantara udara pagi ternyata memberi suatu himkmah. Dan memberi suatu kekuatan tarikan tersendiri pada arah langkah ku, hingga akhirnya kaki ku tak terasa tiba di pelataran masjid .
Secara logika memang tampak ganjil namun aku yakin ada satu warna lain dan bau yang khas diseputar masjid dan itu semua terjadi atas kehendak dia lah sang pencipta alam semesta ini
Ketika Wajah di Depan Cermin
Secara fisik wajah adalah bagian depan dari kepala manusia. Wilayahnya dari dahi hingga dagu. Akan tetapi, bagi manusia, wajah tidak dimaknai hanya fisik. Wajah juga digunakan untuk pengekspresikan hakikat diri, bayangan mental, dan tempat memantulnya segala sesuatu yang diproses oleh akal, kalbu, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, wajah merefleksikan situasi batiniyah, mentalitas, penampilan diri, dan sebagai identitas yang total dan sejati. Dengan kata lain wajah juga mengekspresikan keadaan kepribadian seseorang yang baik. Dalam dunia komunikasi, ekspresi wajah dipandang sebagai salah satu cara penting untuk menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia
Ketika Rasulullah saw menegaskan bahwa kemampuan seseorang dalam menolak kemunkaran yang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya hanya sebatas dengan hatinya dan dilukiskan sebaagai selamah-lemahnya iman.
Para ulama mengisyaratkan, penolakan dengan hatinya itu harus terekspresi utuh melalui wajahnya.
Wajah manusia juga bersifat unik. Tidak ada satu wajahpun yang serupa mutlak, bahkan pada orang kembar sekalipun. Sama dengan keunikan sang diri sendiri.
Dalam keunikan-keunikan ini muncul ekspresi-ekspresi yang unik melaluiwajahnya sehingga orang mudah mengenali watak dan sifat-sifat seseorang melalui wajahnya.
Selain itu, symbol-simbol tentang keindahan, ketundukan, kehormatan, kehinaan, kebahagiaan, kesengsaraan seseorang, dan yang bersifat batiniah lainnya, juga bertengger pada wajah.Bahkan tidak sekedar itu, kerupawanan, keilmuan, dan kesalihan seseorang terletak dan terekspresikan paada wajahnya.
Oleh karena itu wajah dapat mencerminkan totalitas diri dari ekstensinya yang sejati. Atas dasar itu pada umumnya perhatian orang pada waajahnya melebihi perhaatiannya pada anggota tubuh lainnya. Bahkan ketika seseorang berupaya mengingat-ngingat orang yang pernah dikenalnya ia lantas berusaha membayangkan wajahnya. Demikian pula ketika seseorang teringat seseorang yang menjaadi seterunya, maka yang pertama diingat adalah waajah orang itu.
Dalam al-Qur’an orang yang kembali kepada kekufuran atau secara keyakinan dan fungsi-fungsi simbolis yang disaadarinya menjadi kafir lagi setelah beriman disebut telah membalikkan wajahnya (berbalik kebelakang). Misalnya hal ini tampak pada firman Allah dalam Al –Qur’an:
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[1]; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Qs Al Hajj : 11)
1. . Maksudnya: tidak dengan penuh keyakinan. Maksudnya: kembali kafir lagi.
2. Kepribadian sering didefinisikan sebagai sitem kalbu, akal, dan hawa nafsu yang menimbulkan tingkah laku (Lihat, Dr. H. Abdul Mujib, M.Ag, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Hlmn. 73)
3. Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
WASIAT NABI MUHAMMAD KEPADA IBNU ABBAS
I. Isi Hadits:
Dari Abul ‘Abbas’ Abdullah bin ‘Abbas’, Ia mengatakan, “Pada suatu hari aku pernah dibonceng di belakang Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalam, kemudian beliau bersabda: ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah ALLAH, niscaya ALLAH akan menjagamu. Jagalah ALLAH, maka engkau akan mendapati-NYA di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada ALLAH, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada ALLAH. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan ALLAH untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ALLAH tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”)
Dalam riwayat selain At-Tirmidzi disebutkan:
“Jagalah ALLAH, maka engkau akan mendapati-NYA di hadapanmu. Kenalilah ALLAH ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwasannya bersama kesulitan ada kemudahan.”
II. Biografi Perawi Hadits:
“Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat yang mulia dan termasuk orang pilihan. Nama lengkapnya adalah “Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdil Muth-thalib al-Hasyimi al-Qurasyi, anak dari paman Rasulullah. Beliau dilahirkan di Makkah, di Syi’b (lembah) bani Hasyim, tepatnya tiga tahun sebelum hijrah, yaitu saat Rasulullah dan kaum muslimin diboikot oleh musyrikin quraisy.
Beliau adalah penafsir Al-Qur’an dan pemuka kaum muslimin dalam bidang tafsir. Karena keluasan ilmunya dalam bidang tafsir, bahasa dan sya’ir Arab, beliau diberi gelar sebagai ulama dan lautan ilmu. Beliaulah yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud sebagai sebaik-baik penerjemah Al-Qur’an. Dan ketika Rasulullah wafat, beliau berusia 13 tahun.
Beliau dipanggil oleh para Khulafa-ur Rasyidin untuk dimintai nasehat dan pertimbangannya dalam berbagai perkara. Beliau menjadi gubernur pada zaman ‘Utsman tahun 35 H, ikut serta bersama ‘Ali untuk memerangi kaum Khawarij, dan beliau adalah orang yang cerdas dan kuat hujjahnya.
Beliau menjadi ‘Amir (gubernur) di Bashrah, kemudian tinggal di Thaif hingga meninggal dunia tahun 68 Hijriyah.
III. Fiqih Hadits:
Jagalah ALLAH!!
Maksudnya adalah menjaga batas-batas ALLAH, hak-hak NYA, serta menjaga perintah-perintah dan larangan-larangan NYA. Yang dimaksud dengan menjaga batas-batas ALLAH ta’ala adalah dengan melaksanakan hal-hal yang diwajibkan serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh ALLAH dan menjaga hak-hak ALLAH, sedangkan hak ALLAH yang terbesar atas para hamba NYA adalah mereka beribadah hanya kepada NYA dan tidak menyekutukan NYA dengan sesuatu pun dan dalam bentuk apa pun. Inilah asal amal yaitu tauhid kepada ALLAH Ta’ala.
ALLAH akan menjagamu
Hal ini termasuk balasan dari jenis amal (Al-Jazaa’ min jinsil ‘amal), seperti firman ALLAH (QS. Al-Baqarah: 40 dan 152).
KU JEMPUT ISLAM DENGAN CINTA-MU
Lesa Mara Pepe (20 tahun) adalah seorang muallaf dari Kristen Protestan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE). Menjadi Muallaf tanggal 4 Mei 2014 di langgar Shilatul Arham yang dikelola oleh pak Hasanul Basri, ketua PCM Sungai Besar, melalui bimbingan ustadz Lugiarto dan disaksikan oleh jamaah. Lesa adalah seorang gadis asli Dayak Maanyan dari Kalimantan tengah yang berasal dari keluarga Kristen yang taat dan aktifis di gereja, ayahnya seorang Penatua Diakonia Gereja (semacam Dewan Ta’mir) sekaligus kepala desadan ibunya seorang aktif di kegiatan wanita gereja.
Lesa sendiri dari kecil hingga remaja selalu aktif di kegiatan-kegiatan Gereja baik formal maupun informal. Awal mula Lesa tertarik pada Islam adalah karena kegemarannya membaca, dia terkejut saat mengetahui sejarah Yesus menjadi Tuhan adalah karena diangkat oleh manusia yang disebut “Bapa Gereja” dan Kaisar Romawi Konstantin I dalam Konsili Nicea tahun 325 M. Ternyata selama hidup, Yesus tidak pernah mengatakan dirinya Tuhan yang berhak disembah. Ketertarikannya pada Islam semakin besar saat dia kuliah mengenal secara tidak sengaja seorang laki-laki muslim yang kebetulan juga aktifis dakwah, bernama Akhmad Azhar Basyir. Laki-laki itu sering memberinya buku-buku Islam, Kristologi, dan kemuslimahan.
Dari situlah Lesa semakin kagum dengan Islam, dimana dia mengetahui ternnyata Islam pernah jaya dari segala bidang di zaman Khilafah Islamiyah, Islam memiliki system ekonomi, pendidikan, politik, militer, kesehatan yang luar biasa, dan Islam juga menjaga kemuliaan wanita lewat konsep Hijab yang Syar’i. Lesa pun mulai berani menggunakan Hijab walaupun saat itu dia masih Kristen! Sampai akhirnya, kelakuannya pun ketahuan oleh orang tuanya dan dia diseret pulang kerumah, dimarahi, dan diadakan semacam pertobatan oleh pendeta Gereja, Bahkan Lesa diajak berdebat dengan 3 orang pendeta Teologi. Tetapi karena keteguhan hatinya, akhirnya dia bisa melewati masa-masa sulit tersebut dan semakin mantap mengikrarkan dirinya menjadi muslimah. Atas bantuan Azhar, dia bersyahadat di bawah bimbingan Ustadz Lugiarto tanggal 4 Mei 2014 di langgar Shilatul Arham yang dikelola oleh pak Hasanul Basri, ketua PCM Sungai Besar disaksikan oleh jamaah. Selang 1 minggu kemudian Azhar dan Lesa pun akhirnya menikah muda, walau saat itu usia mereka masih muda dan masih kuliah tingkat akhir. Mereka memutuskan menikah hanya selang waktu 2 jam! Karena ingin menyempurnakan agama dan tidak ingin berzina.
Walaupun akhirnya mereka harus berhadapan dengan pengadilan agama karena usia Lesa dibawah batas minimal menikah yaitu 21 Tahun dan perlu Wali Hakim. Lesa dan Azhar lagi-lagi bisa melewati semuanya dengan indah, mereka bahkan lulus kuliah dengan peringkat terbaik dan cumlaude, bahkan Azhar lulus CPNS di Kota Banjarbaru di saat banyak orang sangat sulit menembus tes tersebut. Semua terjadi atas keyakinan mereka akan kehendak dan janji Allah pada hambanya yang beriman dan bertaqwa.
Noda-Noda Perusak Aqidah dalam Kehidupan Sehari-hari
18. MEMPERCAYAI DUKUN DAN PERAMAL (PARANORMAL)
Sebagian orang datang kepada dukun dan paranormal untuk melepaskan diri mereka dari sihir, atau untuk mendapatkan dan menarik suatu kebaikan menurut persangkaannya. Orang yang patut dikasihani ini tidak tahu bahwa dengan kedatangannya kepada dukun, maka ia telah kehilangan pahala 200 kali shalat (fardhu) dari timbangan kebaikannya. Ini berdasarkan riwayat Muslim dalam Shahiih-nya, dari sebagian Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):
"Barangsiapa mendatangi paranormal, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya 40 malam (dengan siangnya)." (Shahih: Muslim dan Ahmad. Shahiihul Jaami' (no. 5940)).
Sebagian orang datang kepada para peramal untuk mengetahui masa depan. Lalu peramal itu berkata, "Kamu akan menikah dengan si anu, akan memiliki anak demikian, dan semacamnya." Hal ini termasuk kekufuran, karena hal yang ghaib mutlak hanya diketahui Allah. Oleh karena itu Imam Ahmad dan al Hakim meriwayatkan hadits yang dishahihkan oleh al Albani dalam Shahiihul Jaami' dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):
"Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun, lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur kepada (al Qur'an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam." (Shahih: Ahmad dan al Hakim. Shahiihul Jaami' (no. 5939)).
28. KEYAKINAN TENTANG ZODIAK (RAMALAN BINTANG)
Sebagian orang ada yang membuka majalah untuk melihat nasibnya hari ituu pada kolom: "Anda dan zodiak." Setelah disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahirannya, ia tahu zodiaknya dan ia baca ramalan apa yang tertulis untuknya hari itu. Ini semua termasuk syirik. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):
"Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun, lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur kepada (al Qur'an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam. (Shahih: Ahmad dan al Hakim. Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahiihul Jaami' (no. 5939)).
"Katakanlah: 'Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.'" (QS. an Naml: 65).
FIQH DAKWAH
Aktivitas masyarakat dewasa ini berkembang begitu cepat dan pesat, melampaui kecepatan berpikir manusia. Demikian ungkap Dr. Ali Gom'ah, Mufti Negara Mesir. Realita ini berdampak pada munculnya penyikapan-penyikapan yang cenderung datar dan mengambang dari berbagai macam lapisan masyarakat, termasuk diantaranya para da'i. Sehingga tidak jarang sikap-sikap tersebut bukannya menyelesaikan masalah. Akan tetapi malah sebaliknya, semakin menambah runyam permasalahan yang ada.Oleh karena itu, kiranya sangat diperlukan adanya kaidah-kaidah khusus dalam menyikapi berbagai permasalahan masyarakat, terutama bagi para da'i. Dengan mengikuti kaidah-kaidah ini, diharapkan para da'i dapat lebih arif dalam menyikapi setiap permasalahan yang sedang terjadi serta mampu menyelesaikannya. Hal ini tentunya akan sangat mendukung keberhasilan dalam berdakwah.
Berikut ini adalah beberapa kaidah dimaksud yang disarikan dari Kajian Fikih Dakwah yang diasuh oleh Habib Ali Al-Juffri dan disampaikan kepada para peserta Daurah Shaifiyah XV Pesantren Darul Mushthafa, Tarim Hadhramaut Yaman, pada hari Sabtu malam Ahad, 5 Sya'ban 1431 H./17 Juli 2010 M . dengan beberapa pengurangan dan penambahan tanpa merubah subtansinya.
1. Mengaitkan akar permasalahan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Seorang da'i jangan hanya berupaya menangani sebuah permasalahan dari akarnya, tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, sehingga tampak kaku dan kurang dapat dicerna oleh masyarakat. Jangan pula hanya terkonsentrasi kepada apa yang muncul dipermukaan, tanpa memperhatikan akar permasalahan yang sebenarnya.
2. Pengecekan terlebih dahulu validitas informasi yang didapat sebelum mengambil sikap dan melakukan reaksi. Seorang da'i tidak diperkenankan menerima begitu saja informasi yang beredar di masyarakat dari berbagai media massa. Akan tetapi dia harus melakukan cek dan ricek terlebih dahulu kepada sumber yang betul-betul dapat dipercaya. Baru kemudian menentukan sikap yang tepat.
3. Memilih solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah antara diam atau melakukan reaksi. Karena tidak semua permasalahan harus diselesaikan dengan melakukan sebuah reaksi. Banyak diantara permasalah justeru akan lebih cepat selesai dengan cara diam.
4. Menghindari pemerataan (ta'mim), baik dalam mengungkapkan pujian ataupun celaan. Sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dan diantara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada (pula) diantara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya." (S. [03] Ali Imran: 75).
5. Tidak gegabah dan tergesa-gesa dalam upaya penyelesaian masalah. Dengan kata lain, pengambilan sebuah sikap dan tindakan haruslah didasari pertimbangan yang matang; apakah tindakan yang akan diambil efektif ataukah tidak?
Kewajiban seorang da'i dalam menyikapi sebuah permasalahan adalah berupaya untuk menyelesaikannya (tafa'ul ma'al isykal). Bukan menampakkan perasaan emosi dan marah dengan segala cara (infi'al bil musykilah).
Poin ini sangat penting untuk diperhatikan. Karena pengambilan tidakan yang salah justeru akan membuat permasalahan menjadi semakin besar.
Ambil saja contoh aksi-aksi pelecehan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Barat yang berhaluan ekstrim dan fundamental, terhadap Al-Qur`an atau Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.Mayoritas umat Muslim, yang diantaranya mendapatkan arahan dari sebagian pemuka agama Islam, menyikapinya dengan kepala panas. Sehingga pada akhirnya berbuntut pada tindakan-tindakan anarkis seperti pembakaran, pengrusakan, penghancuran aset-aset Barat dan lain-lain.Berbagai tindakan ini kemudian dimanfaatkan oleh media massa barat untuk semakin memojokkan Islam. sehingga tidak heran jika kemudian banyak diantara orang Barat yang asalnya tidak peduli atau bahkan mengecam tindakan pelecehan tersebut, menjadi berubah pikiran dan berbalik arah mengecam tindakan-tindakan anarkis umat Muslim. Citra Islam menjadi semakin buruk di mata Barat. Dengan demikian, secara tidak sadar berarti kita telah mempersempit atau bahkan menutup pintu kesuksesan untuk berdakwah dan misi islamisasi di Barat. Segelintir orang yang melakukan pelecehan tersebut, semakin bergembira dan tertawa terbahak-bahak menikmati hasil upaya mereka yang jauh melampaui apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Namun, bukan berarti kita hanya diam membisu menyaksikan pelecehan-pelecehan tersebut. Kita tetap harus mengambil sikap serta melakukan tindakan untuk menghentikannya. Hanya saja, sebelum melakukannya, terlebih dahulu harus dipikirkan masak-masak efektifitas tindakan tersebut. Jika seandainya saat itu umat Islam tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis serta menyerahkan penyelesaian masalah kepada para ulama dan kemudian para ulama mengambil tindakan-tindakan yang dianggap efektif untuk menghentikannya. Misalnya dengan mengadakan dialog-dialog terbatas dengan para pemuka Barat. Tentu kenyataannya akan berbeda.
Sultan, Pahlawan dan Hakim
Maka dari itu hamba mohon keadilan raad agama yang hamba mendakwah nafkah hambah tiga belas bulan lamanya serta hamba tiada rela lagi bersuamikan dia sebab dia tiada menurut undang syara' dan jika hamba tiada menurut bagaima syara' wajib juga mendapat hukum. Ampun tuanku beribu ampun harap akan diampuni adanya.
Surat dakwa itu tertanggal 25 Naret 1881 diajukan seorang perempuan bernbama Tijah Binti pacal unus yang tinggal di Kampung Siantan, Pontianak kepada pengadilan agama setempat. Tijah ditelantarkan suaminya Muhammad Arsyad dengan tidak memberinya nafkah dan nafkah untuk anaknya selama 13 bulan. Surat dakwah ini merupakan salah satu dari naskah melayu yang ditemukan Henri Chambert-Loir ketika berkunjung ke Kalimantan Barat pada 1985. Peneliti berkebangsaan Prancis itu menjadikan surat dakwa itu sebagai salah satu bahan dalam tulisannya yang berjudul “Beberapa Aspek Peradilan Agama Islam di Kesultanan Pontianak Tahun 1880-an” sebagai salah satu karangan dalam buku Sultan, Pahlawan dan Hakim. Surat dakwa di atas meurpakan salah satu dari 185 folio dokumen yang semuanya berisi dakwaan kepada Makamah Agama di bawah Kesultanan Pontianak.
Tulisan ini menurut saya memberikan data yang menarik ternyata jauh sebelum negeri ini heboh dengan masalah kekerasan dalam rumah tangga, di Pontianak kasus KDRT sudah menjadi perhatian penguasa setempat. Surat-surat dakwaan itu dibuat ketika Pontianak diperintah oleh Sultan Syarif Yusuf bin Sultan Syarif Hamid (1872-1895).
Dari 32 dakwaan yang diteliti Henri Chambert, 7 surat dakwah itu diajukan oleh perempuan. Dalam kasus perkawinan pihak perempuan yang menggugat cerai. Dalam perkara gugatan cerai Henri menemukan dua kasus menarik, pertama ada yang diusir suaminya atas dasar kecemburuan, yang kedua dipukuli oleh suaminya. Dalam kasus KDRT ini makamah ternyata menemukan bahwa si suami gila. Kedua kasus gugatan cerai itu dikabulkan pengadilan.
Data yang ditemukan Henri lainnya yang menarik dikabulkannya gugatan seorang perempuan bernama Syarifah Khadijah yang menggugat makamah karena menahan haknya atas rumah yang diwariskan kepadanya oleh neneknya. Masih berkaitan dengan kasus warisan, makamah menolak tuntutan seorang laki-laki yang menuntut warisan saudara laki-lakinya berupa kebun. Ternyata pengadilan menemukan saudaranya yang meninggal itu punya soerang cucu. Maka warisan itu jatuh ke tangan cucu itu.
Dalam buku Sultan, Pahlawan dan Hakim, Henry Chambert Loir juga menulis “Ruang Politik dalam Hikayat Hang Tuah”. Rupanya hikayat ini menarik akrena epos melayu abad ke 17 ini sekalipun menggabungkan antara fakta dan fiktif, menggambarkan situasi politik masa itu ketika Malaka mulai tumbuh menjadi negeri yang kuat berinteraksi dengan Majapahit hingga negeri tetangganya Trengganu, Brunei, Aceh dan Patani.
Sosok Hang Tuah dalam naskah Melayu itu menurut pengamatan Henri digambarkan sebagai rakyat jelata, patriot, prajurit tangguh, diplomat handal, sekaligus pedagang yang berjiwa petualang. Hubungan Malaka-Majapahit merupakan hubungan yang rumit. Sultan Malaka memperlakukan negara asing seperti Siam, India, Tiongkok Istambul dengan rendah hati, tetapi hirarki tidak dipersoalkan. Sultan hanya mengutus orang lain untuk misi persahabatan dan perdagangan.
Namun dengan Majapahit, Sultan (Mansyur Syah) kerap datang sendiri. Hang Tuah sendiri sebagai tangan kanan Sultan diceritakan lima kali ke Majapahit. Diceritakan dia bertemu dengan Raja Seri Betara dan Patih Gajah Mada. Diceritakan Sultan menikahi puteri Majapahit dan memberikannya dua putra, yaitu Raden Bahar dan Raden Bajau. Namun ada kalanya Majapahit juga mengirim orang untuk membunuh Sultan Malaka. Di antaranya Taming Sari yang bisa dibunuh oleh Hang Tuah.
Bagi peminat sejarah lokal ada tulisan lain yang menarik dalam buku ini yaitu “Syair Sultan Fansuri “ yang berasal dari naskah-naskah melayu yang dikumpulkan seorang Belanda bernama Van Der Turk ketika tinggal di Barus 1852-1857. Tulisan ini memberikan data yang menarik tentang riwayat masa lalu kota pelabuhan di pantai barat Sumatera Utara ini. Barus biasa juga disebut Fansur disebut sebagai kerajaan yang pernah terkenal di seluruh dunia pada masa lalu, namun pada masa Kolonial Belanda hanya sebuah desa kecil.
Menurut analisis Henri penguasa Barus pertama dalah Raja Hulu bernama Raja Lobu Tua kemudian meningal. Kemudian muncul Sultan Ibrahim (kira-kira abad ke 17) yang membentuk dua kerajaan yaitu Kerajaan Hilir dan Hulu. Kerjaan pertama anak raja Batak yang diangkat raja oleh komunitas pedagang India, yang kedua seorang Melayu.
Barus juga diceritakan pernah diserang Aceh. Dalam sebuah pertempuran Ibrahim tewas. Namun Sultan Aceh menyesal-karena terjadi bencana di negerinya setelah menyerang Barus dan seorang perwira Aceh memenggal kepala Sultan Ibrahim- kemudian Sultan Aceh memberi Barus kemerdekaan. Dalam tulisan ini digambarkan interaksi kerajaan di Barus dengan Belanda dan Inggris. Kedua kekuatan asing ini kerap diminta melakukan intervensi karena Barus menghadapi banyak lawan, di antaranya Aceh.
Galaksi Kinanti
Gadis kecil bernama Kinanti hidup dari kuarga miskin di sebuah dusun kecil di Gunung Kidul. Sejak kecil dia sudah terbiasa dikucilkan oleh orang lain karena status sosialnya, dia selalu mendapat perlakukan tidak wajar oleh orang-orang sedusun. Di dusun itu, hanya ada satu teman yang mau membelanya, menemaninya, menjaganya kemanapun Kinanti pergi. Anak laki-laki yang beberapa tahun lebih tua darinya selalu menjadi pembela Kinanti yang paling pertama. Kemudian kebersamaan mereka harus hilang karena Kinanti dijual oleh orangtuanya hanya demi 50 kilogram beras untuk makan.
Dan perjalanan panjang Kinanti memperjuangkan hidupnya semakin hari semakin berat. Mulai dari harus menjalani hidup sebagai pembantu di bandung, kehilangan sahabat satu-satunya di Bandung karena dibunuh, tak lama majikannya di Bandung menjualnya lagi untuk diberangkatkan menjadi TKW di Riyadh. Tak cukup sampai di situ ia ditipu oleh seseorang untuk dibawa lagi ke Kuwait, diboyong ke Miami, Florida, kemudian terakhir ke Amerika oleh majikan barunya. Selama ia menjadi pembantu di keluarga tersebut dia hampir tidak pernah tidak mendapatkan penyiksaan.
Hingga akhirnya ia berhasil melepaskan diri dari kekejaman hidup yang membelenggunya. Dengan kebijakan Amerika yang mungkin berbeda dengan di Arab, kehidupan Kinanti kian membaik, ia difasilitasi hidup yang baik dan pendidikan hingga menjadi seorang professor dan penulis buku terkenal di Amerika, ia menjadi aktivis kemanusiaan dan membela hak-hak orang tertindas seperti yang pernah ia alami sebelumnya.
Dengan kehidupan barunya, seharusnya tidak ada alasan baginya untuk kembali ke desa yang dengan terang-terangan telah membuangnya. Namun hanya ada satu alasan yang membuat dirinya ingin kembali, ia ingin tahu seperti apa sosok Ajuj yang selama ini selalu membelanya. Meski ada rasa kecewa karena ratusan surat yang ia kirimkan pada Ajuj tidak pernah ada satupun yang dibalas, langkahnya terus saja menuntunnya untuk kembali ke desa itu. Perjalanan panjang tentang arti perjuangan hidup, tentang kesetiaan seorang Ajuj, tentang sebuah harga yang harus dibayar untuk dapat dimanusiakan oleh manusia dan konflik menggugah hati lainnya akan pembaca temukan dalam buku ini. Meski tak banyak cerita romantis islami yang terkandung di dalamnya, namun banyak pelajaran kehidupan yang bisa diambil dari sudup pandang islami.
Langganan:
Postingan (Atom)